ESPORT - Akibat Toxic, Game FPS Ini Malah Jadi “Dead Game”

   

Dunia game di Indonesia hingga saat ini sedang tergila-gila dengan game ber-genre MOBA analog dan battle royale. Bahkan, genre tersebut masih tidak bisa digantikan oleh genre lainnya. Pasalnya, genre lain pun malah jadi ikut terpinggirkan. Salah satunya saja game dengan genre First-Person Shooter (FPS). Dulunya, genre ini adalah rajanya di Indonesia yang bahkan menjadi acuan game esports lainnya selain MOBA. Tapi kini, game FPS perlahan-lahan mulai menurun dan menghilang jejaknya.

Parahnya, kejadian tersebut membuat dampak yang cukup besar untuk berbagai pihak. Salah satunya, jadi hanya ada sedikit promotor yang berani mempertandingkan game FPS. Oleh karena itu, game-game FPS di Indonesia seperti Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO), Point Blank, Call Of Duty, Battlefield, War Rock dan game FPS lainnya dianggap sebagai “dead game”.

   

Buat yang belum tahu dead game itu apa, dead game merupakan istilah untuk game yang sudah tidak dimainkan lagi oleh banyak orang karena sudah ketinggalan zaman atau membosankan. Biasanya sebuah game disebut “dead game” bila game tersebut hanya memiliki pemain kurang dari 1.000 pemain.

PREDIKSI BOLA MALAM INI - Selain itu, dengan dicap dead game, banyak tim esports yang tadinya menggeluti game FPS tersebut malah menjadi bubar. Sebab, ada beberapa atlet esports FPS pun yang secara terpaksa turut mengakuinya bahwa game-game FPS tersebut adalah “dead game” terhitung dari mulainya turnamen esports FPS yang sedang sepi sejak kedatangan popularitas dari MOBA dan Battle Royale yang meledak di pasaran Indonesia.

   

Selain itu, banyak juga player yang lebih memilih untuk memainkan game mobile karena kemudahannya yang bisa dimainkan dimana saja ketimbang game PC. Apalagi biasanya untuk beli PC dengan spesifikasi mumpuni, perlu merogoh kocek yang lumayan dalam. Dibandingkan dengan smartphone, Kamu bisa membelinya dengan harga yang terjangkau dan memiliki spesifikasi yang bagus untuk Kamu bermain. Pokoknya, Kamu diberikan kemudahan yang instan deh bila bermain dari smartphone dibandingkan PC.

   

Kemudian, faktor lain yang membuat game FPS tersebut “dead game” adalah pemainnya dan pendukungnya sendiri. Pemain dan pendukung game di Indonesia paling suka melontarkan kata-kata toxic dan menjatuhkan mental pemain lainnya. Padahal, tujuan bermain game adalah untuk mendapatkan hiburan sekaligus mendapatkan teman. Alih-alih bukannya senang, malah semakin stres karena di-bully saat memainkannya. Bahkan, bukan hanya pemain biasa saja, pemain pro juga merasakan dihujat oleh netizen dan pemain lainnya.

Inilah yang membuat pemain pro dan pemain lainnya merasa kurang di-support satu sama lain. Kata-kata toxic-nya juga membuat mental para pemain jatuh. Tidak hanya itu saja, banyak juga pemain yang melakukan trolling tanpa mengetahui suasana dan kondisinya saat bermain. Sehingga, membuat pemain setia game FPS sampai malas memainkan game FPS tersebut dan lebih memilih memainkan game lain.

   

DAFTAR SITUS JUDI ONLINE TERPERCAYA - So, sobat gamers sebaiknya mulai sekarang segera kurang-kurangin toxic dan trolling-nya serta bersikap ramah ke player lainnya supaya mereka bisa nyaman bermain game FPS tersebut. Lalu, dukunglah para pemain game FPS Indonesia untuk dapat bersinar seperti game FPS di luar negeri di berbagai turnamen besar game FPS lainnya. Kita doakan saja semoga turnamen-turnamen game FPS mau kembali lagi agar tidak menyia-nyiakan para pemainnya yang berbakat di Indonesia.

Posting Komentar

0 Komentar